Postingan ini berawal dari browsing2 tdk karuan. Rencananya mo mencari muka gokilnya temon dan membandingkanya dengan mukanya dono. Eh...pas searching images google dengan kata kunci "temon", bukanya dapat gambar temon malah dapat gambar ini..he..he.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq89yooIrxMvVo1hLsz2zqVnXBw_TkvAZmmy2ahRVs4NeShwrkg4-R8omN_piGSoicwArDd3Fz_hloKli37FBmWdtN8h1PlujIA3OT7Hpn2V3hfysQV7-BoKZI4pnn_ll6oCf-tuO6VlKF/s320/picdump-19wwwbildschirmarbeiter2.jpg)
Kontan saja pada saat itu juga aku langsung ngakak abis. Ada-ada saja nih gambar. Dari gambar inilah terbersit ide untuk menuliskan postingan ini. "bagaimana jika sendalpun sudah digembok".
Fenomena sendal hilang untuk ukuran [e]ndonesia sepertinya sudah menjadi hal lumrah. Bahkan yang benar-benar menguatirkan adalah tempat hilangya sendal tersebut. Yup..."masjid". Sebuah keanehan bukan, jika masjid yang notabennya sebagai tempat ibadah, malah menjadi tempat pencurian. Justru yang dimaling yang biasa-biasa saja.."sendal" gtuloh.
Secara pengalaman, saya sendiri pernah kehilangan sendal sebanyak 3 kali di masjid. Yang bikin dongkol bukan hanya sendal yang bagus saja yang raib. Sendal jepit harga goceng juga bisa hilang.
Sekarang yang menjadi permasalah besar tentu saja "dimana moral kejujuran kita", sampai sendal yang harganya tidak seberapa juga jadi sasaran penggarongan. Mungkin jika sandal sudah digembok, malingnya akan mikir dua kali.
Kesimpulan akhir kembali pada naluri kita masing- masing. Betapa miskinnya negeri kita ini. Fenomena sendal saja sudah menjadi sebuah pelajaran.
"kita terdidik menjadi seorang pencuri"
0 komentar:
Posting Komentar